Blogger Jateng

Membangun Pembelajaran yang Menginspirasi: Refleksi dari Pendekatan Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah sebuah perjalanan tanpa akhir. Setiap langkah membawa kita pada pengetahuan baru dan pengalaman yang memperkaya. Baru-baru ini, saya mendalami prinsip-prinsip pembelajaran yang diwariskan oleh seorang tokoh pendidikan terkemuka Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Melalui modul pembelajaran yang menggugah, saya diperkenalkan dengan konsep-konsep mendasar seperti pembelajaran yang menuntun, kodrat alam, kodrat zaman, dan budi pekerti.

Sebelum mempelajari modul ini, saya memiliki keyakinan bahwa pembelajaran di kelas haruslah terstruktur dan didominasi oleh pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Murid dipandang sebagai penerima pasif dari informasi, tanpa memberikan banyak ruang bagi ekspresi kreatif mereka sendiri. Namun, pemikiran ini berubah secara drastis setelah saya memahami pendekatan Ki Hajar Dewantara.

Modul ini membuka mata saya terhadap pentingnya memberdayakan murid dalam proses pembelajaran. Saya menyadari bahwa setiap murid memiliki potensi unik yang perlu dihargai dan dikembangkan. Pembelajaran yang menuntun mengajarkan kita untuk mendengarkan, memahami, dan merespons kebutuhan individu murid. Ini bukan lagi tentang menuangkan informasi ke dalam pikiran mereka, tetapi tentang membantu mereka menemukan dan memahami pengetahuan dengan cara yang bermakna bagi mereka sendiri.

Selain itu, konsep kodrat alam dan kodrat zaman mengingatkan saya akan pentingnya mengakar pembelajaran dalam konteks kehidupan nyata. Memahami lingkungan alam dan sosial di sekitar kita menjadi landasan yang kuat dalam membangun pengetahuan yang berkelanjutan dan relevan bagi murid. Kami tidak hanya belajar untuk tes atau ujian, tetapi untuk kehidupan.

Dari segi perilaku, saya merasa lebih terbuka untuk menciptakan lingkungan kelas yang mempromosikan nilai-nilai budi pekerti. Membangun kelas yang harmonis dan penuh kasih merupakan fondasi yang penting untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Melalui kegiatan seperti pembacaan Asmaul Husna, pemutaran lagu wajib, dan menyanyikan Indonesia Raya, saya ingin membantu murid mengembangkan rasa bangga dan cinta akan negara serta menghormati nilai-nilai universal yang terkandung dalam agama.

Tak hanya itu, saya juga telah menerapkan berbagai kegiatan praktis seperti 5S (seiri, seiton, seiso, seiketsu, shitsuke), kotak kepribadian, optimalisasi mading kelas, dan pojok baca. Melalui kegiatan-kegiatan ini, saya berharap dapat merangsang minat belajar, membangun kepribadian yang kokoh, dan memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi murid.

1. 5S (Senyum, Sapa, Salim, Sopan, Santun): 

Konsep 5S yang mencakup senyum, sapa, salim, sopan, dan santun sangat erat hubungannya dengan pembelajaran yang menuntun dan budi pekerti. Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah dan penuh kasih di kelas. Dengan menerapkan konsep 5S, kita tidak hanya menciptakan suasana yang nyaman dan hangat bagi murid, tetapi juga membantu mereka memahami nilai-nilai kesopanan, keramahan, dan kesantunan dalam interaksi sehari-hari.

2. Kotak Kepribadian: 

Konsep kotak kepribadian, yang mengajarkan murid untuk mengenal dan menghargai keunikan serta keberagaman dalam diri mereka sendiri dan orang lain, sesuai dengan prinsip pembelajaran yang menuntun Ki Hajar Dewantara. Dengan memahami kodrat alam dan kodrat zaman, kita menghargai keberagaman manusia sebagai anugerah alam yang harus dihormati. Melalui kotak kepribadian, murid diajak untuk memahami bahwa setiap individu memiliki peran unik dan berharga dalam masyarakat.

3. Optimalisasi Mading Kelas: 

Optimalisasi mading kelas dapat menjadi sarana untuk merefleksikan nilai-nilai kodrat alam dan kodrat zaman. Mading kelas yang dikemas secara kreatif dan informatif dapat menjadi sumber pengetahuan yang hidup mengenai lingkungan alam dan sosial. Selain itu, mading kelas juga dapat digunakan untuk mempromosikan budi pekerti dan nilai-nilai positif lainnya, seperti kejujuran, kerja sama, dan rasa tanggung jawab.

4. Pojok Baca: 

Pojok baca adalah implementasi praktis dari konsep pembelajaran yang menuntun Ki Hajar Dewantara. Dalam pojok baca, murid diberi kebebasan untuk memilih bahan bacaan sesuai minat dan kebutuhan mereka. Hal ini sesuai dengan prinsip bahwa setiap murid memiliki potensi unik yang perlu dihargai dan dikembangkan. Pojok baca juga dapat menjadi sarana untuk menggali pengetahuan tentang kodrat alam dan kodrat zaman melalui bacaan-bacaan yang menginspirasi dan informatif.

LINK VIDIO KEGIATAN

Dengan mempraktikkan pemikiran dan nilai-nilai Ki Hajar Dewantara di kelas, saya yakin bahwa pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan berdampak dalam mengubah kehidupan murid. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif, inspiratif, dan berbasis nilai, adalah investasi dalam masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.